Wednesday, April 22, 2009

Pelobi Iran : Apa yang Harus Diketahui Bangsa Iran dan Israel

Washington DC/Barcelona, Spanyol – Bayangan panjang konfrontasi Iran-Israel seakan-akan telah ditentukan dari sananya. Mendengarkan para politisi, orang akan merasa bahwa kekuatan di luar kontrol kita menghela kita menuju bencana abad 21. Tetapi semua itu disulut oleh kebodohan dan dehumanisasi. Israil dicap sebagai “Iblis Cilik”, sementara Iran digambarkan sebagai ekstrimis Muslim yang irasional.

Benar, kebodohan-kebodohan dalam masyarakat kita yang terhormat ini dilakukan oleh pemimpin-pemimpin garis keras yang meminta darah dan kehancuran. Mereka memanipulasi dan mendistorsi; lebih dari itu, mereka melakukan apapun untuk menghalangi kita menyadari bahwa sang musuh memiliki sebuah wajah.

Kita bukanlah bocah ingusan yang percaya begitu saja bahwa pengetahuan akan satu sama lain bisa menawarkan solusi ajaib. Kita percaya bahwa kesalingpengertian akan mendorong kita saling berempati dan mengasihi, serta menghentikan pertumpahan darah dan perang.

Berikut adalah beberapa hal pokok yang harus diketahui oleh bangsa Iran dan Israel mengenai satu sama lain:

1. Israel adalah sebuah demokrasi yang antusias namun belum sempurna.

Pada kunjungannya ke Amerika Serikat musim gugur lalu, Presiden Mahmoud Ahmadinejad menyatakan bahwa tidak ada homoseksual di Iran. Di Israel, ada banyak homoseksual dan mereka adalah satu-satunya di Timur Tengah yang memiliki parade gay tahunan di ibu kota mereka.

Demokrasi di Israel berarti setiap warga Negara dan kelompok (Yahudi maupun lainnya) berhak mengekspresikan diri dan berkumpul di publik. Juga, setiap warga negara setara di hadapan hukum, memiliki hak voting, kebebasan beragama, akses pendidikan, perawatan kesehatan, dan kesempatan ekonomi.

Tak diragukan lagi, demokrasi Israel masih dalam perkembangan. Penyatuan agama dan negara telah membatasi hak-hak dan kebebasan rakyat (contohnya, rakyat Israel yang berbeda agama tak dapat menikah tak dapat menikah di negeri itu), dan secara de facto status kedua warga Arab Israel adalah sebuah penghinaan terhadap cita-cita demokrasi di negeri tersebut. Untungnya, banyak orang di Isreal tak pernah lelah berjuang merubah sistem itu dari dalam.

2. Iran adalah sebuah quasi-demokrasi yang bersemangat.

Memang jauh dari demokrasi, namun juga bukan kediktatoran sepenuhnya. Meskipun memiliki pembatasan-pembatasannya yang tegas, Iran memiliki masyarakat madani yang hidup dan memiliki blok-blok bangunan bagi demokrasi yang baik. Perjuangan rakyat Iran bagi demokrasi berawal dari Revolusi Konstitusional 1906. Sejak itu, rakyat Iran telah mendapatkan dua pelajaran berharga.

Pertama, perang dan demokrasi tak bisa dicampur. Ketika ketegangan antara Iran dan dunia luar meningkat, yang pertama membayar adalah aktivis-aktivis pro demokrasi dan hak asasi manusia Iran. Bagi Iran untuk melangkah ke dalam system demokrasi membutuhkan perdamaian dan kedamaian; bom dan surgical strikes akan membawa ke arah sebaliknya.

Kedua, ketika Anda melakukan sebuah revolusi, Anda tahu siapa yang sedang dilawan, dan tak penting bagi siapa revolusi itu dilakukan. Bangsa Iran memiliki sedikit hasrat akan revolusi lainnya. Tak sepopuler pemerintahan mereka saai ini, mereka lebih suka perubahan bertahap dan terkelola.

3. Jejalan dinamai dengan nama penyair.

Sebagaimana Iran, Israel menaruh nilai-nilai hebat pada kata-kata tertulis. Di Isreal, jajalanan dinamai dengan nama para penyair – penulis yang membangkitkan kembali semangat rakyat dan bahasa kuno. Pena dan imajinasilah yang menciptakan bangsa ini, bukan pedang dan otot. Sebagaimana di Iran, percakapan sehari-hari di Israel dibumbui referensi-referensi susastra selain hal-hal praktis.

4. Bangsa Iran kesepian dan suka curiga.

Tak ubahnya orang Israel, rakyat Iran merasa sangat terisolasi di Timur Tengah. Mereka dikepung oleh orang-orang yang berbeda agama dan bahasa. Iran adalah mayoritas Persia dan Shi’ite; tetanga-tetangganya mayoritas Arab dan Sunni.

Iran juga tak memiliki banyak teman di luar Timur Tengah. Jika pun ada, bangsa Iran yakin komunitas internasional tak pernah bersikap adil. Di abad terakhir ini saja, bangsa Iran melawan kolonisasi dan intervensi asing yang berjalan selama berdekade-dekade, belum menyebutkan delapan tahun perang melawan Saddam Hussein, sementara seluruh dunia memihak Irak.

5. Zionisme bukanlah suatu kata kotor.

Dalam sebuah pertunjukan ketaksopanan, banyak pemimpin Iran menyebut Iran sebagai “rejim Zionis”. Ketika disebut “rejim” mungkin tak berpangaruh, karena bagi orang Israel, Zionisme bukanlah suatu kata kotor.

Dari dalam, Zionisme adalah sebuah gerakan pembebasan nasional, yang bertujuan menciptakan rumah yang aman bagi orang-orang Yahudi, serta kebudayaandan identitas nasional mereka. Zionisme adalah jawaban orang Yahudi pada dorongan berabad untuk menghapus mereka dari sejarah. Ketika Ahmadinejad cs berbicara tentang dekatnya ajal Zionisme, sesungguhnya mereka tengah memperkuat gerakan yang coba mereka eliminasi itu.

6. Simpati pada Palestina, namun tak tertarik dengan konflik Israel.

Sekalipun retorika Ahmadinejad sangat sengit, rakyat Iran tak terlalu memikirkan Israel. Mereka jauh lebih peduli akan kepincangan ekonomi dan merajalelanya korupsi. Memang simpati rakyat Iran jatuh pada Palestina, namun bagi mereka ini bukanlah persoalan yang negeri mereka harus terlibat aktif.

Rakyat Iran akan mempertahankan kemerdekaan dan teritori mereka mati-matian, tetapi mereka tak tertarik berkonflik dengan Israel. Rakyat Iran ingat akan serangan Aleksander ke Persia, penaklukan Arab pada abad ke 7 M, invasi Mongol, dan pemberontakan CIA melawan perdana mentri yang terpilih secara demokratis di tahun 1953. Namun tak ada ingatan akan konflik dengan orang-orang Yahudi, karena memang tidak ada. Orang-orang Iran akan menjaganya seperti itu.

Trita Parsi adalah pengarang Treacherous Alliance ― The Secret Dealings of Israel, Iran and the U.S., dan Roi Ben-Yehuda, penulis Israel Amerika yang tinggal di Spanyol, adalah kontributor Jewcy dan France 24. Artikel yang diperpendek ini disebarluaskan oleh Kantor Berita Common Ground (CGNews). Teks penuhnya dapat dibaca di www.haaretz.com.

Sumber: Haaretz, 19 Juli 2008, www.haaretz.com
Telah memperoleh hak cipta.

No comments:

Post a Comment